Pengalaman Operasi FAM Payudara, Tidak Terlupakan!

Tidak ada komentar

 

operasi pertamaku yang tidak terlupakan.


Benjolan pada payudara seringkali membuat cemas para wanita. Hal ini dikarenakan benjolan bisa dapat disebabkan oleh tumor, kanker, atau penumpukan lemak seperti lipoma. Nah untuk mengetahui diagnosis yang tepat, tentunya kita perlu bertemu dokter bedah umum dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti USG payudara.

Awal tahun 2025 memang penuh kejutan selain kebijakan absurd pemerintah. Baru menjalani tahun 2025 beberapa hari,  aku mulai merasakan ada benjolan di payudara sebelah kiri menjelang haid. Awalnya ingin aku abaikan saja, namun ingat cerita seorang teman yang kena tumor payudara jadi bikin overthinking. Sampai di hari ke 7 haid kok benjolan masih ada, hari ke 10 juga masih ada, akhirnya overthinking beneran sambil melakukan gerakan SADARI.

Pengalaman Pertamaku Operasi FAM Payudara

Bermula dari Penerimaan Diri

Setelah bergulat dengan pikiran sendiri selama 2 hari berturut-turut, akhirnya aku menerima kenyataan bahwa memang ada benjolan di payudara kiri yang terasa agak sakit saat diraba dan selanjutnya harus segera bertemu dokter. Beruntung sekali Kanjeng Papi bisa diajak sharing dan selalu memberikan support untuk bertemu dokter, jadi tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan langkah selanjutnya. Selain itu, seorang teman yang pernah mengalami benjolan di payudara juga mendukungku untuk segera bertemu dokter.

Menggunakan BPJS Kesehatan untuk Operasi Payudara

Untuk mendapatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS, aku harus menemui dokter klinik terlebih dahulu. Dengan keadaan benjolan yang terasa agak sakit, dokter umum di klinik bunda medika segera memberikan rujukan ke rs terdekat yaitu RS Amanda Cikarang Selatan untuk bertemu dokter bedah umum. Kebetulan hari itu ada praktek dokter bedah umum di rumah sakit, jadi aku langsung kesana walaupun menunggu lama karena dapat nomor antrian yang agak besar.

Pertama kali bertemu dokter bedah umum dan berkonsultasi rasanya kurang nyaman karena perbedaan cara berkomunikasi dengan dokter umum di klinik. Bahkan keluar ruangan dokter pun air mata sudah berderai. Pada intinya ada benjolan di payudara kiri yang agak besar, kira-kira berdiameter 2cm dan aku akan operasi 4 hari lagi yaitu di hari Senin. Aku juga harus mengurangi makanan yang banyak pengawet karena memicu kelainan di payudara. Tapi cara menyampaikannya itu “seolah” ngejudge bahwa aku ibu yang tidak becus ngasih makan keluarga karena masih konsumsi ayam broiler, mie instan dan ultra process food (sosis, nugget, bakso dsb). Sesampainya di rumah, aku berusaha menata hati dan pikiran, lalu memantapkan diri untuk melangkah ke meja operasi karena ini pertama kalinya aku dioperasi. Aku udah di tahap nggak peduli mau dijudge apa sama dokter bedah, yang penting dokter bedah melakukan tindakan operasi sesuai jadwal.

Pengalaman Pertama Kali Operasi Seumur Hidupku

masih bisa ngguya ngguyu mau operasi, tandanya udah siap.

Sebelum tindakan operasi, aku melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang yaitu USG Payudara di hari Jumat. Hasil dari usg payudara diketahui bahwa benjolan berdiameter 2cm dan kemungkinan kista menurut dokte sp radiologi. Bukti USG diserahkan untuk dibawa pulang, selanjutnya akan dibawa untuk tindakan operasi di hari Senin.

Senin, 20 Januari 2025

Dikarenakan perawat menyuruh untuk datang jam 6 pagi ke RS Amanda, makannya aku datang kepagian dan bagian informasi belum buka. Jadi nunggu bagian informasi buka, baru mendaftarkan diri untuk operasi ke bagian rawat inap. Dokumen yang perlu dipersiapkan adalah surat rujukan dan KTP. Untuk hasil usg diberikan ke perawat untuk nanti dipakai dokter bedah umum saat operasi berlangsung. Sebelum masuk ruang rawat inap, aku harus cek darah dan rontgen di radiologi juga.

Seharusnya aku mendapat jatah ruangan kelas 1 sesuai yang tertera di kartu bpjs, namun karena sedang penuh aku dititipkan di kelas 2. Jika akan naik kelas ke VIP, yang tercover bpjs hanya 70% dari biaya ruang rawat, tindakan dokter dan obat-obatannya. Ya daripada harus keluar uang lagi yang tidak bisa diprediksi seberapa banyak, tidak apa-apa di kelas 2 saja deh.

FYI, untuk surat-surat administrasi yang harus ditandatangani sebaiknya dibaca dengan seksama. Poin penting yang perlu diingat adalah pasien tidak bisa pulang sesuai kemauan sendiri, jika memaksa pulang maka biayanya tidak dicover/ditanggung BPJS. Selain itu, aturan dari RS Amanda yang perlu dipahami adalah anak tidak boleh ikut menunggu orang sakit di dalam ruang rawat inap dan orang yang akan jenguk harus mematuhi jam besuk. Sebenarnya aturannya sudah bagus, tapi penerapannya belum maksimal.

kenapa harus diinfus?

Setelah menunggu 3 jam lebih, akhirnya aku mendapatkan kamar dan diinfus. Ini juga pertama kalinya aku diinfus sampai tanya sama perawat kenapa harus diinfus kan aku masih bisa makan sendiri. Menurut perawat diinfus ini nanti membantu untuk memberikan obat dan bius saat akan dioperasi. Oh iya sebelum operasi, aku disuruh puasa dulu oleh perawat.

Operasi dimulai sekitar jam 12 siang, aku dipindah ke ruang operasi oleh perawat dibantu Kanjeng Papi. Saat masuk ke ruang tunggu operasi, aku merasa takut karena sendirian, kan tidak bisa ditemani Kanjeng Papi. Memasuki ruang operasi, perawat dan dokter disana ngajak ngobrol yang membuat pasien lebih rileks. Setelah itu, operasi pun diawali dengan suntikan bius yang membuat mata menjadi berat dan suara dokter semakin tidak terdengar,  karena aku mulai tidak sadarkan diri.

Menurut Kanjeng Papi, waktu operasiku cukup lama karena termasuk operasi besar. Tapi karena aku udah nggak sadar, rasanya cepet aja tau-tau sudah jam 3 sore. Setelah operasi, aku dipindahkan ke ruang rawat inap, diberikan hasil operasi dalam tabung bening yang isinya mirip lemak sapi dan merasa sangat lapar. Untung kanjeng papi gercep beli makan, saat itu juga aku langsung makan sampai habis dengan porsi kuli. Eh tidak lama kemudian jatah makanan pasien datang padahal perut sudah tidak sanggup menampungnya.

jatah makan pasien, enak kok ada rasanya.

FYI, operasi FAM yang aku lakukan ini sayatannya hanya sepanjang 2 ruas jari ya. Jangan dibayangkan kayak di sinetron-sinetron itu, nanti mindsetnya jadi takut duluan.

Kalau ditanya sakit nggak operasinya, jawabannya menurutku tidak terlalu sakit, malah lebih sakit saat melahirkan normal. Namun yang jadi pertanyaan aku kena tumor atau kista? Kok hasil operasinya bentuknya kayak lemak sapi ya?

dibikinin jerapah kertas sama si kecil, katanya buat nemenin aku di rumah sakit. 


Rawat inap di kelas 2 dengan 4 bed dalam satu ruangan itu rasanya ramai sekali. Apalagi ada pasien yang dijenguk oleh banyak orang, ngobrol nggak selesai-selesai sampai diperingatkan satpam bahwa jam kunjung sudah selesai. Sekitar jam 10 malam, perawat cek kondisiku dan memberitahu bahwa ada kamar kelas 1 yang siap digunakan. Tapi karena aku sudah ngantuk dan malas beresin barang-barang, aku memilih untuk di kelas 2 saja. 

kanjeng Papi setelah menungguku dioperasi


Oh iya aku memang tidak ada yang menemani di ruang rawat inap,alias pasien tanpa pendamping (sendirian).  Hal ini sudah keputusan kami sejak akan operasi, alasannya supaya kanjeng papi menemani anak di rumah dan bisa tidur dengan nyaman. Kalau tidur di rumah sakit mendampingi pasien kayak aku kan kasian tempatnya tidak nyaman dan takut tumbang kena penyakit.

Selasa, 21 Januari 2025

Aku sudah diperbolehkan pulang setelah menandatangani berbagai surat administrasi. Karena bawaanku tidak banyak, jadi aku bisa packing sendiri dan urus administrasi dibantu perawat. Selain itu, perawat menyarankan untuk ganti perban ke tenaga kesehatan supaya luka sayatan operasinya lekas membaik. Aku juga mendapat antibiotic, obat pereda nyeri dan surat kontrol untuk digunakan di tanggal 25 Januari 2025. Alhamdulillah operasiku lancar dan selesai dengan baik, tapi kerumitan selanjutnya mengikuti seperti mandi harus pakai washlap, ganti perban, posisi tidur dan pemilihan pakaian yang nyaman untuk dikenakan pasca operasi.

2x Kontrol ke Dokter Bedah Umum di RS Amanda

Menggunakan bpjs itu harus sabar dan meluangkan banyak waktu. Beruntung sekali aku sudah ambil nomor antrian menggunakan jkn mobile, namun tetap saja untuk bertatap muka dengan dokter butuh antri lama. Setelah ganti perban oleh perawat, baru bisa bertemu dokter bedah umum. Dokter hanya menanyakan ada keluhan atau tidak, menyatakan bahwa aku kemungkinan terkena FAM (tumor jinak payudara) namun tidak bisa menegakkan diagnosisnya karena hasil lab belum keluar. Hasil bertemu dokter, diberikan obat Pereda nyeri dan antibiotik.

kesalahan nomor rujukan menyebabkan tidak bisa ambil nomor antrian di mobile jkn

Saat akan kontrol ke dokter untuk kedua kalinya, ada kesalahan nomor surat control yang diberikan petugas BPJS RS Amanda jadi tidak bisa ambil nomor antrian lewat mobile JKN. Setelah beberapa kali whatsapp, akhirnya nomor surat control diperbaiki dan bisa ambil nomor antrian.

Saat kontrol kedua di tanggal 6 Februari, perawat melepaskan simpul jahitan dan dokter baru bisa menegakkan diagnosis bahwa aku kena FAM (Fibroadenoma Mammae) bukan kista payudara. FAM biasanya menyerang perempuan pada usia produktif, pada umumnya tidak membahayakan, tidak bersifat ganas seperti kanker, namun harus tetap waspada.

Selanjutnya dokter menyarankan untuk mengubah gaya hidup yang lebih sehat, menghindari makanan tinggi pengawet, konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang. Setelah kontrol kedua,  pengobatanku dinyatakan selesai.

Perempuan Harus Perhatian Dengan Kesehatan Diri

Tetap pantau kebijakan absurd pemerintah soal bpjs di X, takut pas mau pulang tiba-tiba ada tagihan yang harus dibayarkan.

Dari pengalamanku operasi payudara, sebagai perempuan harus aware dengan diri sendiri terutama kesehatan. Perhatian kepada diri sendiri bisa dimulai dengan rutin melakukan Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di hari ke 7 sampai 10 saat haid. SADARI ini banyak manfaatnya, salah satunya mendeteksi dini adanya benjolan atau kelainan lain di payudara. Jika sudah melakukan SADARI segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan supaya dapat penanganan yang tepat dan cepat. Jika menggunakan BPJS, jangan malu untuk bertanya (baik secara langsung ataupun melalui whatsapp) kepada petugas BPJS supaya mendapatkan informasi yang jelas dan benar. Apalagi akhir-akhir ini pemerintah sering bikin kebijakan mendadak kayak tahu bulat, termasuk kebijakan soal penggunaan BPJS ini, jadi harus tetap update informasi dari sumber yang valid ya.

Tidak ada komentar