Perkenalkan aku
hanyalah sebuah bangunan tua yg sudah dikoyak oleh sekitarku. Bahkan mungkin
aku dilupakan bahwa aku ada di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Letakku
tidak jauh dari Stasiun Tuntang. Aku bernama Stasiun Bringin. Aku dibangun
tahun 1873. Aku mulai ditinggalkan tahun 1976. Kau tau kenapa aku ditinggalkan?
Kalau kau buka riwayat hidupku, kau pasti akan mendapatkan jawabannya. Aku
masuk ke dalam wilayah Daop IV Semarang.
Dulu, kau pasti tidak menyangka
bahwa tempatku ramai dikunjungi . Kau tau letakku begitu strategis, dekat
dengan pasar Bringin. Merupakan stasiun penghubung antara Ambarawa dan
Kedungjati. Apa kau kenal stasiun Kedungjati? Dia kembar dengan stasiun
Ambarawa. Mungkin lain kali aku akan menceritakannya padamu.
Kau tau aku senang
ketika daerah sekitarku dibersihkan dari rumah warga. Rasanya aku tidak
kesepian ketika ada rumah warga tetapi sebagian dari mereka mengoyak tubuhku. Membangun
sarang burung walet dengan mengoyak tubuhku, itu menyakitkan. Bahkan papan
namaku sudah entah dimana. Tapi aku sudah memaafkan mereka, mungkin mereka
tidak tau pentingnya aku dulu bagi warga disana, sebelum terkoyak dan seperti
sekarang.
Sekarang aku hanya
ditemani sebuah gudang kayu yang sama-sama sudah koyak dan water torrance. Kami
terkoyak juga oleh alam. Hujan dan panas sudah kami lalui hampir empat dekade. Kini
kau dapat melihatku dari jalan raya. Sebagian besar tubuhku sudah hilang, koyak
dan tegel lantaiku pun banyak yang sudah lepas. Beberapa anak muda kadang
mengunjungiku tapi hanya untuk berfoto di dalam ku. Mereka tidak menyapaku atau
bahkan menepuk badanku. Ya aku sebenarnya tidak suka dikunjungi oleh alayers. Tapi
masih beruntung aku tidak dikunjungi untuk uji nyali. Kudengar pernah beberapa
rumah tua dikunjungi untuk uji nyali tapi akhirnya hanya sandiwara yang membuat
manusia semakin takut untuk mengunjungi kami. Padahal penghuninya tidak
merasuki peserta uji nyali. Penghuninya hanya terdiam di pojok dan memperhatikan
mereka yang mengambil gambar tanpa mengganggu.
Oh iya di depan terasku
banyak sekali rumput hijau. Kambing-kambing bermain sambil makan rumput. Sebagian
dari mereka berbulu putih, tapi ada juga yang berbulu hitam. Aku tidak detail
memperhatikan mereka, hanya memperhatikan kambing kecil yang dengan bahagianya
berlari kesana-kemari. Memang tidak terlalu ramai tapi setidaknya mereka tidak
menyakitiku dengan menancapkan besi, menghancurkan atau mengambil bagian-bagian
tubuhku.
Suatu hari aku merasa senang
ketika ada beberapa orang bermobil putih mengunjungiku, mereka menyapaku
kemudian menepuk badanku dan berharap aku segera diaktifkan kembali. Ya aku tau
mereka peduli padaku, itu kudengar dari percakapan mereka ketika memasuki
ruangan-ruangan di dalam tubuhku. Mereka hanya orang biasa, bukan petugas yang
berwenang . Kadang sampai sekarang aku merindukan mereka.
Aku disini berdiri
untuk di reaktivasi bersamaan dengan rel Ambarawa - Kedungjati. Aku hanya bisa
menunggu dan berharap aku bisa seperti dulu, banyak dikunjungi orang yang
menggunakan si ular besi untuk bepergian.
Jika kau membaca ini,
aku berharap kau akan mengunjungiku walau hanya sekedar menyapa dan menepuk
badanku. Karena itu akan sedikit menghapus rasa kesepianku selama 40 tahun. Terimakasih
sudah bersedia membaca ceritaku. Doakan aku segera di reaktivasi.
Tidak ada komentar