Pengalaman Operasi FAM Payudara, Tidak Terlupakan!

Tidak ada komentar

 

operasi pertamaku yang tidak terlupakan.


Benjolan pada payudara seringkali membuat cemas para wanita. Hal ini dikarenakan benjolan bisa dapat disebabkan oleh tumor, kanker, atau penumpukan lemak seperti lipoma. Nah untuk mengetahui diagnosis yang tepat, tentunya kita perlu bertemu dokter bedah umum dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti USG payudara.

Awal tahun 2025 memang penuh kejutan selain kebijakan absurd pemerintah. Baru menjalani tahun 2025 beberapa hari,  aku mulai merasakan ada benjolan di payudara sebelah kiri menjelang haid. Awalnya ingin aku abaikan saja, namun ingat cerita seorang teman yang kena tumor payudara jadi bikin overthinking. Sampai di hari ke 7 haid kok benjolan masih ada, hari ke 10 juga masih ada, akhirnya overthinking beneran sambil melakukan gerakan SADARI.

Pengalaman Pertamaku Operasi FAM Payudara

Bermula dari Penerimaan Diri

Setelah bergulat dengan pikiran sendiri selama 2 hari berturut-turut, akhirnya aku menerima kenyataan bahwa memang ada benjolan di payudara kiri yang terasa agak sakit saat diraba dan selanjutnya harus segera bertemu dokter. Beruntung sekali Kanjeng Papi bisa diajak sharing dan selalu memberikan support untuk bertemu dokter, jadi tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan langkah selanjutnya. Selain itu, seorang teman yang pernah mengalami benjolan di payudara juga mendukungku untuk segera bertemu dokter.

Menggunakan BPJS Kesehatan untuk Operasi Payudara

Untuk mendapatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS, aku harus menemui dokter klinik terlebih dahulu. Dengan keadaan benjolan yang terasa agak sakit, dokter umum di klinik bunda medika segera memberikan rujukan ke rs terdekat yaitu RS Amanda Cikarang Selatan untuk bertemu dokter bedah umum. Kebetulan hari itu ada praktek dokter bedah umum di rumah sakit, jadi aku langsung kesana walaupun menunggu lama karena dapat nomor antrian yang agak besar.

Pertama kali bertemu dokter bedah umum dan berkonsultasi rasanya kurang nyaman karena perbedaan cara berkomunikasi dengan dokter umum di klinik. Bahkan keluar ruangan dokter pun air mata sudah berderai. Pada intinya ada benjolan di payudara kiri yang agak besar, kira-kira berdiameter 2cm dan aku akan operasi 4 hari lagi yaitu di hari Senin. Aku juga harus mengurangi makanan yang banyak pengawet karena memicu kelainan di payudara. Tapi cara menyampaikannya itu “seolah” ngejudge bahwa aku ibu yang tidak becus ngasih makan keluarga karena masih konsumsi ayam broiler, mie instan dan ultra process food (sosis, nugget, bakso dsb). Sesampainya di rumah, aku berusaha menata hati dan pikiran, lalu memantapkan diri untuk melangkah ke meja operasi karena ini pertama kalinya aku dioperasi. Aku udah di tahap nggak peduli mau dijudge apa sama dokter bedah, yang penting dokter bedah melakukan tindakan operasi sesuai jadwal.

Pengalaman Pertama Kali Operasi Seumur Hidupku

masih bisa ngguya ngguyu mau operasi, tandanya udah siap.

Sebelum tindakan operasi, aku melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang yaitu USG Payudara di hari Jumat. Hasil dari usg payudara diketahui bahwa benjolan berdiameter 2cm dan kemungkinan kista menurut dokte sp radiologi. Bukti USG diserahkan untuk dibawa pulang, selanjutnya akan dibawa untuk tindakan operasi di hari Senin.

Senin, 20 Januari 2025

Dikarenakan perawat menyuruh untuk datang jam 6 pagi ke RS Amanda, makannya aku datang kepagian dan bagian informasi belum buka. Jadi nunggu bagian informasi buka, baru mendaftarkan diri untuk operasi ke bagian rawat inap. Dokumen yang perlu dipersiapkan adalah surat rujukan dan KTP. Untuk hasil usg diberikan ke perawat untuk nanti dipakai dokter bedah umum saat operasi berlangsung. Sebelum masuk ruang rawat inap, aku harus cek darah dan rontgen di radiologi juga.

Seharusnya aku mendapat jatah ruangan kelas 1 sesuai yang tertera di kartu bpjs, namun karena sedang penuh aku dititipkan di kelas 2. Jika akan naik kelas ke VIP, yang tercover bpjs hanya 70% dari biaya ruang rawat, tindakan dokter dan obat-obatannya. Ya daripada harus keluar uang lagi yang tidak bisa diprediksi seberapa banyak, tidak apa-apa di kelas 2 saja deh.

FYI, untuk surat-surat administrasi yang harus ditandatangani sebaiknya dibaca dengan seksama. Poin penting yang perlu diingat adalah pasien tidak bisa pulang sesuai kemauan sendiri, jika memaksa pulang maka biayanya tidak dicover/ditanggung BPJS. Selain itu, aturan dari RS Amanda yang perlu dipahami adalah anak tidak boleh ikut menunggu orang sakit di dalam ruang rawat inap dan orang yang akan jenguk harus mematuhi jam besuk. Sebenarnya aturannya sudah bagus, tapi penerapannya belum maksimal.

kenapa harus diinfus?

Setelah menunggu 3 jam lebih, akhirnya aku mendapatkan kamar dan diinfus. Ini juga pertama kalinya aku diinfus sampai tanya sama perawat kenapa harus diinfus kan aku masih bisa makan sendiri. Menurut perawat diinfus ini nanti membantu untuk memberikan obat dan bius saat akan dioperasi. Oh iya sebelum operasi, aku disuruh puasa dulu oleh perawat.

Operasi dimulai sekitar jam 12 siang, aku dipindah ke ruang operasi oleh perawat dibantu Kanjeng Papi. Saat masuk ke ruang tunggu operasi, aku merasa takut karena sendirian, kan tidak bisa ditemani Kanjeng Papi. Memasuki ruang operasi, perawat dan dokter disana ngajak ngobrol yang membuat pasien lebih rileks. Setelah itu, operasi pun diawali dengan suntikan bius yang membuat mata menjadi berat dan suara dokter semakin tidak terdengar,  karena aku mulai tidak sadarkan diri.

Menurut Kanjeng Papi, waktu operasiku cukup lama karena termasuk operasi besar. Tapi karena aku udah nggak sadar, rasanya cepet aja tau-tau sudah jam 3 sore. Setelah operasi, aku dipindahkan ke ruang rawat inap, diberikan hasil operasi dalam tabung bening yang isinya mirip lemak sapi dan merasa sangat lapar. Untung kanjeng papi gercep beli makan, saat itu juga aku langsung makan sampai habis dengan porsi kuli. Eh tidak lama kemudian jatah makanan pasien datang padahal perut sudah tidak sanggup menampungnya.

jatah makan pasien, enak kok ada rasanya.

FYI, operasi FAM yang aku lakukan ini sayatannya hanya sepanjang 2 ruas jari ya. Jangan dibayangkan kayak di sinetron-sinetron itu, nanti mindsetnya jadi takut duluan.

Kalau ditanya sakit nggak operasinya, jawabannya menurutku tidak terlalu sakit, malah lebih sakit saat melahirkan normal. Namun yang jadi pertanyaan aku kena tumor atau kista? Kok hasil operasinya bentuknya kayak lemak sapi ya?

dibikinin jerapah kertas sama si kecil, katanya buat nemenin aku di rumah sakit. 


Rawat inap di kelas 2 dengan 4 bed dalam satu ruangan itu rasanya ramai sekali. Apalagi ada pasien yang dijenguk oleh banyak orang, ngobrol nggak selesai-selesai sampai diperingatkan satpam bahwa jam kunjung sudah selesai. Sekitar jam 10 malam, perawat cek kondisiku dan memberitahu bahwa ada kamar kelas 1 yang siap digunakan. Tapi karena aku sudah ngantuk dan malas beresin barang-barang, aku memilih untuk di kelas 2 saja. 

kanjeng Papi setelah menungguku dioperasi


Oh iya aku memang tidak ada yang menemani di ruang rawat inap,alias pasien tanpa pendamping (sendirian).  Hal ini sudah keputusan kami sejak akan operasi, alasannya supaya kanjeng papi menemani anak di rumah dan bisa tidur dengan nyaman. Kalau tidur di rumah sakit mendampingi pasien kayak aku kan kasian tempatnya tidak nyaman dan takut tumbang kena penyakit.

Selasa, 21 Januari 2025

Aku sudah diperbolehkan pulang setelah menandatangani berbagai surat administrasi. Karena bawaanku tidak banyak, jadi aku bisa packing sendiri dan urus administrasi dibantu perawat. Selain itu, perawat menyarankan untuk ganti perban ke tenaga kesehatan supaya luka sayatan operasinya lekas membaik. Aku juga mendapat antibiotic, obat pereda nyeri dan surat kontrol untuk digunakan di tanggal 25 Januari 2025. Alhamdulillah operasiku lancar dan selesai dengan baik, tapi kerumitan selanjutnya mengikuti seperti mandi harus pakai washlap, ganti perban, posisi tidur dan pemilihan pakaian yang nyaman untuk dikenakan pasca operasi.

2x Kontrol ke Dokter Bedah Umum di RS Amanda

Menggunakan bpjs itu harus sabar dan meluangkan banyak waktu. Beruntung sekali aku sudah ambil nomor antrian menggunakan jkn mobile, namun tetap saja untuk bertatap muka dengan dokter butuh antri lama. Setelah ganti perban oleh perawat, baru bisa bertemu dokter bedah umum. Dokter hanya menanyakan ada keluhan atau tidak, menyatakan bahwa aku kemungkinan terkena FAM (tumor jinak payudara) namun tidak bisa menegakkan diagnosisnya karena hasil lab belum keluar. Hasil bertemu dokter, diberikan obat Pereda nyeri dan antibiotik.

kesalahan nomor rujukan menyebabkan tidak bisa ambil nomor antrian di mobile jkn

Saat akan kontrol ke dokter untuk kedua kalinya, ada kesalahan nomor surat control yang diberikan petugas BPJS RS Amanda jadi tidak bisa ambil nomor antrian lewat mobile JKN. Setelah beberapa kali whatsapp, akhirnya nomor surat control diperbaiki dan bisa ambil nomor antrian.

Saat kontrol kedua di tanggal 6 Februari, perawat melepaskan simpul jahitan dan dokter baru bisa menegakkan diagnosis bahwa aku kena FAM (Fibroadenoma Mammae) bukan kista payudara. FAM biasanya menyerang perempuan pada usia produktif, pada umumnya tidak membahayakan, tidak bersifat ganas seperti kanker, namun harus tetap waspada.

Selanjutnya dokter menyarankan untuk mengubah gaya hidup yang lebih sehat, menghindari makanan tinggi pengawet, konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang. Setelah kontrol kedua,  pengobatanku dinyatakan selesai.

Perempuan Harus Perhatian Dengan Kesehatan Diri

Tetap pantau kebijakan absurd pemerintah soal bpjs di X, takut pas mau pulang tiba-tiba ada tagihan yang harus dibayarkan.

Dari pengalamanku operasi payudara, sebagai perempuan harus aware dengan diri sendiri terutama kesehatan. Perhatian kepada diri sendiri bisa dimulai dengan rutin melakukan Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di hari ke 7 sampai 10 saat haid. SADARI ini banyak manfaatnya, salah satunya mendeteksi dini adanya benjolan atau kelainan lain di payudara. Jika sudah melakukan SADARI segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan supaya dapat penanganan yang tepat dan cepat. Jika menggunakan BPJS, jangan malu untuk bertanya (baik secara langsung ataupun melalui whatsapp) kepada petugas BPJS supaya mendapatkan informasi yang jelas dan benar. Apalagi akhir-akhir ini pemerintah sering bikin kebijakan mendadak kayak tahu bulat, termasuk kebijakan soal penggunaan BPJS ini, jadi harus tetap update informasi dari sumber yang valid ya.

Pengalaman Klaim Kacamata Pakai BPJS Kesehatan

Tidak ada komentar

klaim kacamata pakai BPJS. Dok : JEC 


Pengalaman Klaim Kacamata Pakai BPJS Kesehatan

Beberapa bulan yang lalu, aku memutuskan untuk mencoba klaim kacamata menggunakan BPJS Kesehatan. Klaim kacamata pakai BPJS ini sebenarnya tidak rumit, asalkan sesuai prosedur. Syarat klaim kacamata pakai BPJS adalah 2 tahun sekali untuk ganti kacamata sesuai indikasi medis dan bisa untuk mata minus atau silinder. Ukuran kacamata yang dijamin oleh BPJS minimal 0.5 dioptri untuk lensa spheris dan 0.25 dioptri untuk lensa silindris.

Klaim kacamata menggunakan BPJS Kesehatan sudah diatur dalam Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Prosedur Penjaminan Pelayanan Refraksi dan Kacamata pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Program Jaminan Kesehatan. Jadi sebagai peserta BPJS kita bisa klaim kacamata pakai BPJS kesehatan. Nah untuk nilai klaim (biaya yang ditanggung) kacamata pakai BPJS Kesehatan tergantung pada kelasnya. Sampai aku menuliskan artikel ini, untuk kelas 3 nilai klaim sebesar Rp 165.000, kelas 2 sebesar Rp 220.000 dan kelas 1 sebesar Rp 330.000. Lumayan kan?


Cara Klaim Kacamata Menggunakan BPJS

  • Datang ke Faskes 1

Hal pertama yang aku lakukan adalah datang ke faskes 1 yang tertera di kartu BPJS yaitu Klinik Bunda Medika, Cikarang Selatan. Saat berkunjung ke Klinik Bunda Medika, aku bertemu dengan dokter umum dan mengeluhkan penglihatan yang semakin buram. Dokter di klinik Bunda Medika memberikan opsi untuk bertemu dokter spesialis mata di RS terdekat. Kemudian aku memilih RS Amanda Cikarang Selatan karena memilih jadwal dokter spesialis mata yang praktek di hari Sabtu. Surat rujukan pun dikeluarkan oleh klinik dan perawat menyarankan untuk mengambil nomor antrian melalui aplikasi JKN Mobile.

“Kalau sudah ada kacamata jangan lupa dipakai ya, supaya minusnya tidak bertambah”, begitu pesan dokter dari klinik.

Surat rujukan dari klinik ke RS. Dokpri


Sebenarnya sebelum datang ke klinik, aku sudah iseng mencoba cek mata saat ikut Kanjeng Papi bikin kacamata. Hasilnya membuatku agak shock karena mataku minus 3 dan silinder 0,75. Bukannya tidak percaya dengan hasil optic tersebut, tapi mengingat harga kacamata yang lumayan merogoh isi dompet makannya aku coba untuk pakai BPJS saja.

  • Datang ke Dokter Spesialis Mata di RS

Pada tanggal 19 Oktober 2024, aku mendatangi RS Amanda Cikarang. Praktek dokter spesialis mata di jadwal adalah jam 11 siang, namun aku berangkat lebih cepat karena takut agak ribet dengan prosedur administratif. Beruntung sekali aku sudah mendapatkan nomor antrian 5 di aplikasi JKN mobile, jadi sampai rumah sakit langsung dibantu pak satpam untuk cek in. Setelah cek in, masuk ke pendaftaran dan isi formulir kemudian dikembalikan ke bagian pendaftaran. Bagian yang harus sabar adalah saat menunggu kehadiran dokter spesialis mata, karena ada kemungkinan meleset dari jadwal yang tertera. Selama menunggu, perawat akan memanggil pasien untuk pengecekan tinggi badan, berat badan dan tekanan darah. Saat itu, dokter datang sudah hampir jam 12 siang dengan antrian pasien yang lumayan banyak.

Saat dipanggil ke dalam ruangan, aku langsung diperiksa oleh dokter spesialis mata dan diberitahu untuk mengantri ke ruang sebelah. Prosesnya begitu cepat jadi aku tidak sempat berkonsultasi, hanya cukup mengatakan bahwa penglihatanku buram. Aku berusaha memaklumi saja karena antrian pasien membludak sementara waktu praktek dokter sangat terbatas.

Tadinya aku pikir dokter akan memberikan resep kacamata saja, ternyata di ruang sebelah sudah ada optic yang sudah bekerjasama dengan dokter tersebut. Jadi setelah dari ruang dokter, aku langsung ke ruang optic untuk membuat kacamata. Disini aku membuat kacamata yang sesuai, agak bingung juga sih karena sebelumnya bikin kacamata tuh asal jadi aja. Setelah memilih frame, lanjut untuk membuat lensa yang sedikit rumit karena harus dicoba dulu untuk berjalan. Dua step ini sudah selesai, kemudian dilanjutkan dengan pembayaran.

surat legalisasi layanan dan nota pembelian kacamata. dokpri


Nah disinilah masalahnya, petugas optic tidak update informasi. Jadi saat membayar harga kacamata, petugas optic mengira bahwa klaim kacamata pakai BPJS kelas 1 hanya Rp 300.000 saja. Namun aku menginformasikan bahwa klaim kacamata BPJS kelas 1 terbaru sebesar Rp 330.000. Untung saja petugas optic percaya, jadi aku tidak perlu berdebat. Harga kacamata dan frame yang aku pilih Rp 850.000, dikurangi klaim BPJS Rp330.000 jadi aku cukup membayar Rp 520.000 saja. Lumayan kan selisihnya?

Setelah selesai pembayaran, aku kembali ke petugas untuk mendapatkan surat legalisasi pelayanan dan surat elegibilitas peserta dari RS Amanda Cikarang.

Beberapa hari kemudian, kacamataku pun sudah jadi. Kali ini aku selalu mengingat pesan dari dokter untuk selalu menggunakan kacamata, walaupun masa penyesuaiannya lumayan bikin pusing. Senangnya bisa melihat dunia dengan jelas, tidak ngeblur lagi dan aku pun tidak takut lagi untuk berkendara sepeda listrik ke jalan yang agak ramai.

 

Klaim kacamata pakai BPJS ini menurutku sangat membantu walaupun hanya bisa digunakan hanya 2 tahun 1x. Namun untuk mendapatkan fasilitas tersebut harus sesuai prosedur dan lumayan memakan waktu, harus benar-benar meluangkan waktu untuk antri bertemu dokter mata di RS. Total waktu yang aku habiskan di RS hampir 3 jam loh waktu itu. Penting banget buat ambil nomor antrian RS di aplikasi JKN mobile supaya dapat nomor kecil jadi tidak terlalu lama menunggu di RS.

Sampai aku menuliskan artikel ini, aku sudah dalam tahap menerima bahwa aku harus berkacamata. Aku sudah mengabaikan omongan orang-orang terdekat yang sering bilang,“ masih muda kok sudah pakai kacamata”.

Mau tua-muda, kalau memang secara indikasi medis perlu pakai kacamata ya udah nurut saran dokter aja!

 

 


Tangan Digigit Tikus, Apakah Berbahaya?

21 komentar
tikus membawa penyakit. dok : kompas


 Tikus, hewan pengerat yang pernah membawa wabah black death pada abad ke 14 di Eropa, memang tidak boleh disepelekan kehadirannya. Kejadian digigit tikus menjadi pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan sekaligus memberikan pelajaran berharga. Bukan rasa sakit karena gigitannya yang membuatku cemas, justru setelah digigit jadi bertanya-tanya apakah gigitan tikus perlu vaksin rabies? Jika perlu vaksin, bagaimana cara mengakses Vaksin Anti Rabies (VAR), dimana aku bisa mendapatkanya, harganya berapa, apakah pemerintah memberikan layanan gratis vaksin rabies dan banyak pertanyaan lagi yang membuatku overthinking sepanjang hari.

Pengalaman Digigit Tikus

Di Senin yang cerah, 7 Oktober 2024 aku digigit tikus sampai berdarah saat membantu saudara menangkap tikus di dapur. Kejadiannya begitu cepat, tikus kecil menggigitku saat aku berhasil memegang ekornya untuk dipukul. Aku kira gigitannya yang berjumlah 3 titik di tangan kiriku tidak tembus, ternyata ada darah mengalir melalui 1 titik gigitan.

Aku berusaha tidak panik, langsung membasuh gigitan dengan air mengalir dan sabun, selanjutnya diberikan betadine pada luka gigitan. Setelah itu aku tetap mencari informasi tentang langkah selanjutnya. Dari berbagai informasi yang aku dapat, kemungkinan rabies setelah digigit tikus itu minim sekali. Namun ada yang perlu diwaspadai yaitu demam gigitan tikus/ Rat Bite Fever (RBF), ditularkan dari bakteri yang masuk setelah digigit tikus. Dari website Hello Sehat diinformasikan bahwa reaksi alergi seperti gatal-gatal, ruam dan bengkak pada mulut bisa terjadi pada 10 menit pasca gigitan tikus.


Digigit Tikus Bahaya atau Tidak?

luka akibat gigitan tikus di hari pertama. dokumentasi pribadi

Digigit tikus berbahaya atau tidak? Pertanyaan ini langsung aku lontarkan kepada dokter yang memeriksa luka di tanganku saat mengunjungi klinik Bunda Medika, Cikarang Selatan. Menurut dokter tentu saja berbahaya walau lukanya hanya kecil. Aku harus segera mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) sebelum 24 jam karena digigit tikus liar. Namun sayang sekali klinik tidak menyediakan VAR, jadi harus ke puskesmas terdekat. Oh iya dari klinik dberikan salep, antibiotic, obat pereda nyeri dan demam. FYI, 10 menit pasca gigitan, aku tidak merasakan alergi apa-apa jadi tidak terlalu khawatir. 

“Biasanya di puskesmas tersedia VAR, coba ibu ke puskesmas saja,”kira-kira seperti itu saran dari dokter.

Awalnya aku yang tidak panik justru panik setelah bertemu dokter. Hal ini dikarenakan sudah overthinking cara mengakses VAR-nya bagaimana, kalau kena rabies gimana, ini harus cepat diberikan VAR tapi dimana, dan banyak lagi.

Di tengah siang bolong, dengan keadaan yang panik, aku langsung ke puskesmas Sukadami, puskesmas terdekat dari klinik Bunda Medika. Aku sampai di puskesmas sekitar jam 11.30 kemudian diarahkan mengambil antrian. Sayang sekali petugas sudah mulai istirahat, jadi yang dilakukan hanya menunggu waktu jam operasional kembali. Sekitar pukul 12.30 aku bertanya kepada petugas puskesmas tentang vaksin anti rabies setelah digigit tikus. Nah disini aku semakin bingung karena menurut petugas ada kemungkinan diberikan vaksin tetanus.

Dikarenakan petugas yang berwenang belum ada di tempat dan agak sulit dihubungi, aku diberikan opsi untuk pulang dulu atau menunggu puskesmas beroperasional kembali. Karena baterai handphone sudah hampir habis, aku memutuskan untuk pulang saja sambil menunggu informasi lebih lanjut dari puskesmas. Jadi tidak dapat tindakan apa-apa di puskesmas.

Sekitar jam 2 siang, petugas puskesmas menginformasikan untuk cek darah. Namun aku sudah memutuskan untuk bertemu dokter ke rumah sakit Siloam.

 

Digigit Tikus Perlu Vaksin Rabies?

“ini harusnya dapat vaksin apa sih? Tetanus atau rabies?” pikiranku mulai berkecamuk dan bertanya kesana kemari.

Ada yang menyarankan vaksin tetanus ke bidan karena sudah pernah mengalami digigit tikus, tapi di sisi lain aku juga masih penasaran dengan saran dokter dari Siloam. Sorenya aku ke bidan Rani yang tempatnya tidak jauh dari rumah. Menurut bidan, aku sudah overload informasi dan panik. Saran dari bidan jika memang lebih mantap ke dokter sebaiknya ke dokter saja, itu hak pasien untuk memilih. Akhirnya aku langsung lanjut ke dokter umum di RS Siloam dianter Kanjeng Papi.

kartu vaksin dari RS Siloam Lippo Cikarang. dokpri

Alasan memilih RS Siloam Lippo Cikarang karena Vaksin Anti Rabies (VAR) tersedia disini, walaupun dengan harga yang lumayan menguras kantong yaitu sekitar 500 ribuan. Saat bertemu dokter, aku disarankan untuk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) sebanyak 3x suntikan. VAR yang diberikan di Siloam adalah merk Verorab.

suntikan VAR pertama. dokumentasi pribadi

Walaupun tikus bukan carrier rabies tapi alasan dokter memberikan VAR dalam kasusku karena gigitan tikus liar yang hidupnya di tempat kotor. Jadi pemberian VAR untuk tindakan preventif. Persis seperti apa yang dikatakan dokter di klinik Bunda Medika.

bukti pembayaran vaksin di RS Siloam Lippo Cikarang. dokpri

Dokter tidak memberikan vaksin tetanus karena luka gigitan tikus yang aku alami tidak cukup dalam. Menurut dokter, pemberikan vaksin tetanus berdasarkan kedalaman lukanya. Dokter juga memberikan informasi bahwa biasanya stok VAR ada di dinkes, jadi dicoba saja ditanyakan dulu ke dinkes. 

Overall, pelayanan RS Siloam Lippo Cikarang memang patut diacungi jempol. Mulai dari satpam, petugas administrasi, perawat dan dokter yang menanganiku sangat informatif dan ramah. Apakah setelah VAR suntikan pertama aku bisa tidur nyenyak? Oh tentu tidak!


Hari ke 2 Pasca Gigitan Tikus , Drama Pencarian VAR Dimulai

Sebenarnya demam pasca gigitan tikus juga menjadi kekhawatiranku. Dikarenakan aku masih penasaran dengan saran dokter untuk menanyakan stok VAR, aku mencoba menghubungi ke dinas kesehatan kabupaten Bekasi melalui kontak whatsapp. Kenapa aku kontak melalui whatsapp? Karena di websitenya tidak ada informasi faskes rujukan rabies center.

Jadi aku butuh informasi stok VAR tersedia atau tidak di Dinkes Kabupaten Bekasi, kalau memang stoknya tersedia, ditaruh di faskes mana. Selebihnya  biar aku yang nyamperin ke tempat tersebut.

Jawaban Dinkes Kab. Bekasi terkesan muter-muter. 

Jawaban dari Dinkes Kabupaten Bekasi menurutku terkesan muter-muter dan bikin bingung, pada intinya aku disuruh balik ke puskesmas, nanti kalau ada stoknya di puskesmas langsung ditangani dan untuk vaksin tuh dinkes harus minta dulu ke provinsi. Disitu aku simpulkan bahwa stok VAR ini nggak ada di dinkes kabupaten Bekasi dan kalau harus minta ke provinsi akan memakan waktu lama.

Tidak puas dengan jawaban tersebut dan masih penasaran, aku mengirimkan email ke Dinkes Provinsi Jawa Barat (walaupun sebenarnya sudah hopeless banget). Tidak lama kemudian, Dinkes Provinsi Jawa Barat menginformasikan bahwa stok VAR tersedia di Dinkes Kabupaten Bekasi, namun untuk mendapatkannya harus konsultasi ulang ke puskesmas dan kontrol lukanya. Yang perlu di highlight disini bahwa stok VAR tersedia di Dinkes Kabupaten Bekasi, informasi yang diberikan dinkes kabupaten Bekasi ini menurutku tidak transparan, seperti dilempar-lempar. 

Jawaban dari Dinkes Provinsi Jawa Barat.

Seandainya jawaban Dinkes Kabupaten Bekasi itu jelas seperti dibawah ini, pasti aku juga tidak akan bertanya-tanya lagi : 

Stok VAR ada di kami, namun untuk mendapatkannya nanti ada prosedurnya yaitu ibu kembali ke puskesmas dan diperiksa kembali lukanya. setelah itu dokter yang akan memutuskan apakah perlu VAR atau tidak.

Capek rasanya mencari informasi VAR, menghubungi puskesmas dan RS rujukan rabies, sampai menghubungi dokter hewan pun sudah aku lakukan. Mulai dari RS Tarakan Jakarta sampai rabies center yang ada di Jogja pun aku hubungi untuk menanyakan VAR. Dari beberapa fasilitas kesehatan yang aku hubungi, ternyata akses VAR ini harus sesuai prosedur yang sudah dikeluarkan oleh kemenkes.

WA dari petugas puskesmas Sukadami. dokpri

Sore harinya aku dihubungi oleh petugas puskesmas Sukadami, pada intinya puskesmas memberikan informasi bahwa tikus bukan carrier rabies namun tetap akan mengusahakan pemberian VAR. Tidak lama kemudian, petugas puskesmas memberikan kabar baik yaitu aku mendapatkan VAR 1x untuk tanggal 14 Oktober di Puskesmas Sukadami. Untuk jenis VAR yang diberikan puskesmas menggunakan Rabivax.

tata laksana rabies kemenkes


Hari ke 7, Vaksin Anti Rabies di Puskesmas Sukadami

Alhamdulillah sampai hari ke 7 aku tidak merasakan alergi, demam atau hal-hal yang ditakutkan setelah digigit tikus. Namun memantau kesehatan diri itu tetap perlu dilakukan karena Rate Bit Fever (RBF) dan rabies tidak langsung muncul saat itu juga.

Pagi-pagi aku sudah berangkat ke puskesmas Sukadami untuk mendapatkan vaksin Rabivax. Sekedar informasi saja puskesmas Sukadami buka jam 8 pagi.  Setelah mempersiapkan vaksin, petugas memanggilku ke dalam ruangan periksa pada pukul 08.30. Setelah vaksin disuntikkan, petugas memberitahukan jika tidak ada gejala apa-apa maka vaksin tidak perlu dilanjutkan. Aku sangat mengapresiasi petugas puskesmas karena sudah memberikan informasi yang jelas dan pelayanan yang baik.

bukti pemberian VAR. dok pribadi


Sampai saat aku menuliskan pengalaman ini di hari ke 14 pasca digigit tikus, alhamdulillah aku tidak menunjukkan gejala apapun dan masih diberikan kesehatan oleh Tuhan jadi VAR dihentikan.

 

Waspada Kehadiran Tikus di Rumah, Bawa Banyak Penyakit!

Tikus, hewan pengerat yang tidak boleh disepelekan kehadirannya karena banyak membawa penyakit. Meskipun tikus bukan carrier rabies, namun beberapa dokter akan menyarankan vaksin anti rabies jika digigit tikus liar yang hidup di tempat kotor. Berurusan dengan tikus memang sangat menyebalkan. Dari pengalaman ini aku belajar bahwa jangan sekali-kali menangkap tikus secara langsung karena beresiko digigit. Lebih baik menggunakan alat yang panjang, lalu pukul saja kepalanya.

Walaupun kecil, gigitan tikus berbahaya karena dapat menyebabkan demam gigitan tikus/rat bite fever (RBF) dan berbagai penyakit lainnya yang jika tidak segera diobati dampaknya fatal. Menurut dokter yang aku temui, pemberian vaksin anti rabies (VAR) sebaiknya segera dilakukan maksimal 24 jam setelah digigit tikus liar sebagai tindakan preventif.

Tidak semua RS punya stok VAR, untuk di Cikarang setauku hanya RS Siloam Lippo Cikarang dengan harga VAR yang cukup menguras kantong.Selain itu ada beberapa rumah sakit pemerintah yang ditunjuk sebagai rabies center pasti mempunyai stok VAR. 

Sayangnya tidak semua informasi mengenai fasilitas kesehatan yang ditunjuk sebagai rabies center ini terbuka bagi masayarakat. Terkadang website pihak terkait pun tidak menampilkan informasi rabies center karena bukan daerah rabies. Jadi dari kita harus aktif mencari informasi sendiri yang mengakibatkan overload informasi, ujung-ujungnya bikin panik.

Selain itu, alur pelayanan mendapatkan VAR ini panjang karena stok VAR sangat terbatas. Untuk mendapatkan VAR tergantung pada hasil pemeriksaan dokter dan pemberian VAR bisa dihentikan jika tidak terjadi gejala rabies.